Andai aku bisa membungkus ciumanmu,
yang kau usapkan dengan lembut di bibirku,
dan harum mint yang ada dalam desahmu,
mengacaukan nalar dan persepsi waktu,
detik-detik yang merentang sampai keabadian
dan kemudian saat kau membuka matamu,
menatapku erat dengan mata indah itu,
sambil bertanya, “bagaimana rasanya?”
Aku menyibakkan poni rambut yang menutupi keningmu,
dan tersenyum membentuk lesung pipit yang kamu sukai,
“Aku menyukainya, tapi mengapa kita berhenti?”
Kamu hanya tertawa, dan kita berdua pun memejamkan mata kembali,
membiarkan kedua bibir bertemu dan bercengkrama.
Andai aku bisa membungkus ciumanmu,
akan aku simpan dalam botol anggur termahal,
dan terus membuatku mabuk akan rindu dan sayangmu,
lalu masuk ke pusaran waktu, aku akan kembali ke masa itu,
mencoba mengingat detail yang tertinggal.
Suara-suara samar dan pelan di kejauhan, halusnya tanganmu saat kusentuh dengan jemariku, dan debar jantung yang bertambah cepat setiap mikro detiknya.
Dan rinduku akan membuncah dengan hebatnya,
dan kuteriakkan dalam kesunyian,
“AKU INGIN KAMU ADA DI SISIKU!”
setelah aku mencicipi rasa hasratmu,
yang kusimpan dalam botol anggur termahal,
jika aku bisa membungkus ciumanmu.